Sejarah Gereja Mula-Mula


Selamat membaca.
Tuhan Memberkati 

Hasil gambar untuk gambar gereja mula-mula


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Periode pertama dalam sejarah gereja mula-mula dapat disebut sebagai periode pendirian. Pada awalnya tidak ada bukti bahwa orang-orang yang percaya memisahkan diri dengan tegas dari Yudaisme. Sebelum menjadi hari lahir agama Kristen, Pentakosta adalah hari raya orang Yahudi. Khotbah para rasul menafsirkan Kitab Suci Perjanjian Lama dan menekankan kemesiasan Yesus, bahkan menyatakan dengan terus terang bila bangsa bertobat, Yesus, Sang Mesias akan kembali (Kis 3:19-20).
Hari lahir gereja adalah Pentakosta. Kesebelas rasul, maria ibu Yesus, saudara-saudaranya, dan beberapa orang wanita yang selalu mengikuti Dia, serta orang banyak lainnya, yang semuanya berjumlah 120 orang, berkumpul bersama untuk berdoa sesuai dengan perintah Kristus. Kedatangan Roh Kudus merupakan bukti awal terbentuknya gereja mula-mula. Merril C. Tenney mengatakan,  “Roh Kudus mempersatukan orang-orang yang percaya menjadi satu kelompok, memberinya suatu pemersatu yang sebelumnya tidak mereka miliki, dan member mereka keberanian untuk menghadapi ancaman siksaan (Kis 2:4; 4:8; 31; 6:8-15)”.[1]
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil dari kegelapan masuk kedalam terang yang ajaib. Ensiklopedia Alkitab masa Kini mengatakan, “Istilah gereja dalam bahasa yunani “eklesia” (eklesia) berarti pertemuan atau sidang jemaat.”[2] Jadi gereja adalah persekutuan orang percaya kepada Yesus Kristus.
            Van den End mengatakan, “Sejarah gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami gereja selama di dunia ini.”[3] Jadi kalau berbicara mengenai pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas dan kompleksitas organisasi sebuah gereja.[4] Mengetahui sejarah gereja berarti kita akan mengetahui dan mengerti tentang keadaan persekutuan masa yang lampau untuk zaman sekarang, guna dijadikan pedoman untuk zaman ini.
Jadi, pentingnya memahami sejarah pertumbuhan gereja mula-mula karena dapat dijadikan pedoman dalam membangun dan mengembangkan gereja untuk mempersiapkan setiap orang dalam menyambut kedatangan Kristus Yesus untuk kedua kalinya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian, Prinsip-prinsip dan Bentuk-bentuk Pertumbuhan Gereja Mula-mula
Pengertian Pertumbuhan Gereja
Dalam Kisah Para Rasul  jemaat mula-mula mengalami progres pertumbuhan yang sangat pesat, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Pertumbuhan yang terjadi pada zaman itu tidak lepas daripada Peranan Roh Kudus dan tentu saja merupakan inisiatif Allah dalam rencan-Nya. Olehnya itu, anggota jemaat paham prinsip-prinsip pertumbuhan gereja berdasarkan Firman Allah. Kisah Para Rasul menceritakan tentang sejarah pertumbuhan gereja mula-mula, dan tentunya juga menjelaskan prinsip-prinsip pertumbuhan gereja yang dapat diterapkan di masa sekarang ini.
Secara teologis, pertumbuhan gereja mencakup semua komponen dari sebuah gereja yang bertumbuh sebagaimana nampak dalam definisi yang diberikan oleh para ahli pertumbuhan gereja di bawah ini:
Menurut Peter Wagner,”Pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang mencakup soal membawa orang yang tidak  mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab.[5] Definisi ini menekankan keseimbangan pertumbuhan  secara kuantitas dan kualitas. Menurut Ron Jenson dan Steven,”Pertumbuhan gereja adalah kenaikan  yang seimbang dalam kualitas (mutu), kuantitas (jumlah), dan kompleksitas (kerumitan) organisasi sebuah gereja lokal.[6]
Jadi,  dari definisi ini merupakan kunci untuk memahami proses yang menyebabkan gereja bertumbuh. Jika pertumbuhan secara kuntitas, kualitas, dan struktur  organisasi  tidak terjadi secara seimbang, maka sebuah gereja tidak dapat mempertahankan kesehatannya secara baik. Gereja diibaratkan memiliki hidup dan mempunyai kemampuan untuk pertumbuhan secara alamiah. Rick Warren mengatakan, “Gereja adalah organisme yang hidup sudah sewajarnya gereja akan bertumbuh jika gereja itu sehat. Gereja itu suatu tubuh bukan perusahaan. Gereja adalah organisme bukan organisasi. Apabila gereja itu tidak bertumbuh, berarti gereja itu sekarat”.[7]
Prinsip-prinsip Pertumbuhan Gereja Mula-mula
         Prinsip yang sangat mendasar dalam segenap kehidupan ialah adanya pertumbuhan. Gereja adalah organisme. Di dalam gereja ada suatu dinamika/sesuatu yang hidup. Allah menginginkan gereja-Nya bertumbuh oleh karena prinsip-prinsip sebagai berikut:
Pertumbuhan Gereja adalah Kehendak Allah yang Kekal
Kej. 1:27-28 menyatakan perjanjian antara Allah dan manusia, yaitu menghendaki manusia untuk mengatur dunia ini (mandat Ilahi Budaya/ Pembangunan). Secara teologis, pertumbuhan gereja adalah melaksanakan kehendak Allah. Pertumbuhan gereja sudah ada dalam hati Allah sejak  kekal. David G. B rougham mengatakan, “Kebenaran pokok ini dapat dilihat tatkala kita menelusuri sejarah Tuhan dengan manusia mulai dari kitab Kejadian sampai kepada panggilan Abraham bagaimana Tuhan menghadapi Israel dan menubuatkan kedatangan Juruselamat.”
Pertumbuhan Gereja adalah Sifat Hakiki Misi Yesus Kristus
PB mengajar bahwa Yesus Kristus diutus dari Allah (Yoh. 4:9). Yesus Kristus sendiri menyadari sepenuhnya bahwa Dia adalah seorang yang diutus, seorang misionaris. Para malaekat memberitakan bahwa kelahiran Yesus Kristus sebagai berita kesukaan kepada seluruh bangsa (Luk. 2:10-11). Yesus Kristus sendiri sering menegaskan bahwa kedatangan-Nya adalah mencari dan menyelamatkan yang terhilang (Luk. 9:10). Kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus dan yang sekarang hidup dengan Bapa adalah misi yang bertujuan pertumbuhan gereja.
Pertumbuhan Gereja adalah Tanggung Jawab Anggota Jemaat
Prinsip pertumbuhan gereja dalam Perjanjian Baru, bukan hanya terletak pada hamba Tuhan tetapi pada seluruh anggota jemaat. Perjanjian Baru mengharuskan adanya andil atau bagian kaum awam dalam penginjilan.  Widi Artanto mengatakan bahwa dalam Kis. 1:8, dikatakan, “Mereka semua ... kecuali rasul- rasul tersebar  dan mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri dan memberitakan Injil. Kata yang diterjemahkan memberitakan Injil ialah evangelizo  dalam bahasa Yunani yang artinya menginjil. Artinya setiap orang kecuali para rasul pergi ke mana-mana memberitakan Injil. Tetapi yang menjadi penekanan adalah yang diilhami ini adalah bahwa setiap orang, selain para rasul juga pergi dan menginjil.”[8]

Bentuk-bentuk Pertumbuhan Gereja Mula-mula
Pertumbuhan Kualitas
Pertumbuhan secara kualitas adalah pertumbuhan yang nampak dalam buah-buah kehidupan anggota gereja sebagai akibat meningkatnya hubungan dengan Tuhan dan rasa tanggung jawabnya dalam pelayanan. Hal ini menyangkut pendewasaan orang Kristen, baik secara individu maupun secara kolektif, di mana mereka bertumbuh menuju kesempurnaan dalam Kristus. Anggota jemaat bersekutu satu dengan yang lain, berbakti bersama, menelaah Alkitab bersama, menguatkan satu dengan yang lain. Sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Ia mengamanatkan suatu tugas kepada murid-muridnya yang dikenal sebagai Amanat Agung (Mat. 28:19-20).     
Mutu atau kualitas ini di tekankan pula dalam Kis. 2:41-47. Ketika Lukas memberikan deskripsi mengenai jemaat di Yerusalem, kita dapat mengidentifikasi ciri-ciri kualitatif sebagai berikut:
Pertama, Anggota Jemaat bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (Kis 2:42). Aspek doktrinal (pengajaran yang benar) sangat esensial dalam gereja yang bertumbuh.
Kedua, Ada proses sosio-ekonomis di antara anggota jemaat yakni mereka bersatu dan saling melayani (Kis. 2:44). Inilah aspek diakonia jemaat (Kis. 2:45-46) yang merupakan pelayanan ke dalam tubuh jemaat.
Ketiga, Terjadi identifikasi sosio-kultural. “Mereka disukai semua orang” (Kis. 2:47). Identifikasi sosio-kultural inilah yang menunjang aspek marturia (kesaksian) ke luar jemaat. “...tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis. 2:47b).
Pertumbuhan kualitas (rohani) anggota jemaat ini sulit diukur, namun dapat diamati dan dinilai melalui frekuensi ibadah, pemberian, partisipasi, ketekunan, dsb. Melihat apa yang telah disebut di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa perintah di dalam Amanat Agung adalah “memuridkan” (menjadikan murid). Itu sebabnya para murid dalam jemaat mula-mula mewujudkan pelaksanaan Amanat Agung dalam bentuk penanaman jemaat di seluruh tempat yang mereka layani. Upaya  pemberitaan Injil selalu diikuti dengan pembentukan jemaat lokal sehingga terjadi pertumbuhan gereja baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Itulah pola dan strategi pelaksanaan misi dalam jemaat mula-mula yang patut diteladani.         
Kuantitas
Pertumbuhan gereja secara kuantitas adalah pertumbuhan yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pertumbuhan jumlah, yaitu meningkatnya jumlah anggota dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan secara kualitatif sangat penting, tetapi dalam Alkitab pertumbuhan kuantitatif juga ditekankan. Bagian terakhir dari deskripsi Lukas tentang jemaat pertama di Yerusalem menunujkkan bahwa kuantitas jemaat itu mempunyai pengaruh yang positif terhadap marturia/kesaksian mereka. Selain pertumbuhan kuantitatif sebagaimana digambarkan dalam Kisah Para Rasul, ayat-ayat berikut juga menunjukkan tekanan pada pertumbuhan secara kuantitas: Yoh. 4:31-38; Mat. 9:37-38; Luk. 5:1-11; 19:10.
Struktur Organisasi
Pertumbuhan gereja secara organik dicerminkan dalam perkembangan struktur organisasi dan kepemimpinan. Pertumbuhan secara kuantitas dalam gereja mula-mula membawa konsekuensi-konsekuensi. Jumlah anggota yang bertambah dan padatnya pelayanan, mulai timbul kesadaran kelompok, menimbulkan  masalah baru seperti yang dilukiskan oleh Lukas dalam Kisah Rasul pasal 6. Jumlah anggota jemaat bertambah, kebutuhan pelayanan  bertambah pula, sehingga timbul masalah: rasa kurang puas (Kis. 6:1). Hal itu membutuhkan struktur organisasi/kepemimpinan untuk menyelenggarakan kegiatan jemaat secara kualitatif dan kuantitatif. Pertumbuhan secara organik dapat dilihat dalam hal: (a) Kis. 6:2-4: ...kami mengangkat mereka untuk tugas itu....; (b) Kis. 14:23:...dapat memusatkan perhatian....; (c) Kis. 15:1-35 : ...penatua, penilik, menggembalakan. 
Dari kenyataan tersebut di atas, terlihat bahwa hakikat pertumbuhan gereja secara kualitatif, kuantitatif, dan organik itu harus berlangsung secara seimbang.
Christian A. Schwarz  mengemukakan delapan karakteristik dari gereja yang bertumbuh, yaitu (1) kepemimpinan yang memberlakukan pemberdayaan, (2) pelayanan yang berorientasi pada karunia, (3) kerohanian yang haus dan penuh antusiasme, (4) struktur pelayanan yang tepat guna, (5) ibadah yang membangkitkan inspirasi, (6) kelompok kecil yang menjawab kebutuhan secara menyeluruh, (7) penginjilan yang berorientasi pada kebutuhan, dan (8) hubungan yang penuh kasih.[9]
Metode-metode Pertumbuhan Gereja Mula-mula
            Dalam jemaat mula-mula ada beberapa metode yang digunakan dalam pertumbuhan gereja. Metode tersebut sangat efektif dan memberikan dampak perluasan kerajaan Allah sampai pada saat ini.
Bertekun dalam Doa (Kis. 1:12-26)[10]
Para murid bertindak dalam ketaatan kepada Allah dengan langsung pergi ke Yerusalem setelah malaikat berkata kepada mereka, “mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?” Penantian akan kedatangan Yesus berganti menjadi penantian akan kedatangan Roh Kudus yang telah dijanjikan.  Para murid “bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama”. Dari situ orang percaya dapat belajar tentang apa yang ditetapkan Allah bagi gereja yang sudah dipanggilnya. Bertekun dalam Doa merupakan hal penting dalam meminta Kuasa Roh Kudus membantu dan menolong gereja dalam menyebarluaskan kerajaan Allah.
Penginjilan
Jemaat mula-mula walaupun kemudian mengalami penganiayaan yang luar biasa, mereka tetap berani memberitakan Injil, baik kepada orang Yahudi maupun non-Yahudi. Isi pemberitaan mereka ialah Kristus adalah Tuhan.  Orang-orang percaya dalam kitab Kisah Para Rasul berani memberitakan Injil dengan menembus berbagai tantangan baik budaya, suku, geografis maupun agama. Keberanian mereka memberitakan Injil adalah karena didorong oleh kasih Kristus yang menjiwai mereka. Venena mengatakan, “Dalam kitab Kisah Para Rasul penginjilan sangat menonjol. Hal ini disebabkan karena Kristus sendiri yang aktif melalui Roh-Nya mengontrol dan memimpin kegiatan penginjilan. Dalam hal ini orang-orang percaya juga sadar akan panggilan mereka.”[11]
Keberanian orang-orang percaya dalam kitab Kisah Para Rasul ditandai dengan menjangkau bukan hanya orang-orang di lingkungan mereka sendiri (orang-orang Yahudi) tetapi juga orang Yunani. Peter Wagner mengatakan bahwa, pahlawan rohani yang sesungguhnya adalah mereka yang memenangkan jiwa/penjala orang. Roh Kudus memberi kuasa untuk meyakinkan manusia agar mengikut Kristus melalui pertobatan, iman, dan baptisan, dan semua orang Kristen diharapkan untuk memakai kuasa itu dalam pemberitaan Injil.[12]
  

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Pada bagian ini, kelompok menyimpulkan bahwa dasarnya gereja yang bertumbuh adalah gereja yang memiliki mutu, jumlah, dan organisasi yang dipimpin dengan baik. Prinsip dasar dari pertumbuhan gereja mula-mula adalah Kehendak Tuhan dan tidak terlepas dari pada peran Roh Kudus. Kemudian kelompok juga memberikan model-model yang digunakan gereja mula-mula dalam pertumbuhan gereja yakni, bertekun dalam doa dan penginjilan. Oleh karena itu, sangat penting bagi gereja masa kini untuk dapat mengerti dan menerapkan pola-pola tersebut sehingga menjadi pedoman untuk gereja bertumbuh di masa sekarang ini menjelang kedatangna Yesus yang kedua kalinya.

@FrerianusErwin
#FrerianusErwin







[1]Merril C. Tenney., Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2017), 294.
[2]                , Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1  (Jakarta: YKBK, 1992), s.v. “gereja.”
[3]Van den End, Harta dalam Bejana (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2010), 1.
[4]Ron Jenson & Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja ( Malang: Gandum Mas, 2000), 8.
[5]Peter Wagner, Gereja Saudara dapat Bertumbuh (Malang: Gandum Mas, 1990), 11.
[6]Ron Jenson dan Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 1996), 8. 
[7]Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja yang Menpunyai Visi-Misi, (Malang: Gandum Mas, 1999), 20.
[8] Widi Arianto, Menjadi Gereja yang Misioner dalam Konteks  Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 28.     
 [9]Christian A. Schwarz, Pertumbuhan Gereja yang Alamiah, (Jakarta:Yayasan Media Buana Indonesia, 1999), 36.

[10]Andrew Brake, Menjalankan Misi Bersama Yesus: Pesan-pesan bagi Gereja dari Kisah Para Rasul, (Bandung: Kalam Hidup, 2016),  15.
[11]H.Venena, Injil untuk Semua Orang (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997),156.
[12]Peter Wagner, Pertumbuhan Gereja dan Peranan Roh Kudus (Malang: Gandum Mas, 1989), 

1 komentar: